Minggu, 11 Desember 2011

Tafsir Surat Al-Baqarah (Ayat 1- 5)

Surat ini diturunkan di Madinah (Madaniyyah) terdiri dari 286 ayat
الم
1. Alif laam miin
Penjelasan Kalimat
Alif laam miin ini adalah rangkaian huruf hujaiyah dan surat-surat Al-Qur’an yang diawali dengan huruf seperti ini berjumlah 29 surat.
Umumnya para mufasir (pakar tafsir) tidak menjelaskan maksud huruf-huruf ini dan cukup mengatakan, “Hanya Allah yang mengetahui maksudnya (Allahu A’lamu bimurodihi).
Hal itu disebabkan tidak ada sama sekali berita valid dari Nabi Saw mengenai maksudnya. Bahkan Abu Bakar dan Ali bin Thalib menyebutkan bahwa tidak perlu mencari tafsiran huruf-huruf itu karena bagian dari ayat mutasyabihat (ayat yang sulit dijelaskan dan hanya Allah saja yang mengetahuinya), dan cukup menyakini saja bahwa itu bagian dari Al-Qur’an.
Dengan kata lain sebagian pakar tafsir menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyabihat dan tidak perlu dikaji lebih lanjut, karena seperti komentar as-Sa’di, pakar tafsir kontemporer;
“ Tidak perlu dibahas lebih lanjut karena tidak adanya berita valid dengan menyakinkan bahwa Allah tidak mungkin bergurau dan pasti ada hikmah di balik itu.”
Namun banyak pula pakar tafsir menafsirkan huruf-huruf itu karena memang nalar akan selalu mencari rahasia atau bahkan hikmah di balik huruf-huruf itu, Meskipun terkadang pandangan mereka berlainan, terkadang disepakati oleh pakar lainnya dan sebagainya. Dan tampaknya tidak salah jika ada beberapa pakar tafsir tradisional yang mencoba mengukapkan makna huruf-huruf itu.
Beberapa Pandangan Tafsiran Alif Lam Mim
A. Bahwa Allah memerintahkan untuk tadabbur sekaligus memahami Al-Qur’an dan tidak mungkin ada kata dalam Al-Qur’an yang tidak bisa ditafsirkan karena AL-Qur’an sendiri selalu memerintahkannya seperti anjuran beberapa ayat:
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian berfikir.”(QS. Az-Zukhruf:3)
“ (Al-Qur’an) diturunkan dengan (menggunakan) bahasa arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu’ara: 195)
Bagi sebagian pakar tafsir yang menyetujui pandangan ini munculah beberapa penafsiran tentang huruf-huruf ini antara lain:
1. Huruf-huruf ini biasa digunakan masyarakat arab di dalam sajak/syair/prosa sebagai penganti kalimat-kalimat. Namun pandangan ini dibantah karena ketidak tahuan mana kalimat yang dibuang dan juga tidak ada satupun sumber yang valid baik dari Nabi, maupun atsar sahabat, mana kalimat yang dibuang tersebut dan apa bentuknya.
2. Huruf- huruf dimaksudkan sebagai kalimat yang menyuarakan tantangan bagi yang meragukan Al-Qur’an. Seakan-akan ada tantangan untuk membuat bandingan Al-Qur’an. Dan maknanya seperti ini:
“ Huruf Alif Lam Mim ini bukanlah huruf –huruf yang asing bagi kalian yang kalian gunakan sehari-hari, kalian sendiri menganggap diri kalian ahli balaghah dan fushah (ahlibahasa; ahli dalam syair/prosa). Kami lah yang menciptakan Al-Qur’an ini, dan cobalah kalian menciptakan bandingan Al-Qur’an itu, dan pastinya kalian tidak akan mampu meskipun hanya satu ayat.”
3. Bahwa huruf-huruf ini merupakan rumus yang biasa digunakan oleh masyarakat arab waktu itu. Alif itu tanda atau rumus dari kalimat Allah, huruf Lam tanda dari Jibril, dan Mim tanda dari kalimat Muhammad.
B. Sebagian menafsirkanAlif menunjukan kata ana (saya/Allah). Lam menunjukan kata Allah, dan Mim menunjukan lebih tahu (A’lamu). Jadi artinya,” Saya (Allah) lebih mengetahui maknanya. “
C. Ada yang menyebutkan bahwa huruf-huruf itu hanyalah nama dari surat yang bersangkutan. Seperti yang dikemukan oleh pakar tafsir legendaris Az-Zamaksyari dan disetujui oleh banyak pakar tafsir lainnya. Argumen yang mereka kemukakan adalah sebuah hadist:
“ Sesungguhnya Rasulullah Saw pernah membaca di shalat subuh di hari jum’at Alif Lam Mim (surat) Sajdah dan (surat) Hal Ata ‘alal Insan.” (HR. Bukhari Muslim)
D. Sebagian menfasirkan sebagai huruf sumpah (Qasam), yaitu kalimat sumpah yang digunakan untuk menunjukan Ke maha kemualiaan dan keagungan Allah Swt.
Jadi huruf-huruf ini jika diartikan:
“Demi Allah. Kitab ini tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya,”
Huruf laa sendiri (dari kalimat Laa Raiba Fih) adalah jawaban kalimat sumpah (Qasam).
Penafsiran ini berpedoman pada riwayat Ikrimah (seorang tabi’in, murid Ibnu Abbas) dari riwayat Ibnu Abi Hatim dan diriwayatkan pula oleh ath-Thabari dengan sanad yang sahih yang menyebutkan bahwa Alif Lam Mim adalah huruf sumpah.
E. Jika memukingkan mengabungkan semua pandangan yang ada, artinya bisa diartikan bahwa Alif Lam Mim ini adalah nama lain dari surat itu, karena terkadang satu kata dalam Al-Qur’an bisa diartikan dengan banyak arti. Dan bisa juga diartikan bahwa huruf-huruf itu bisa berarti salah satu dari sifat-sifat Allah.
Kesimpulan
1. Sebagian pakar yang tidak menfasirkan huruf-huruf ini karena tidak ada satupun keterangan yang sahih yang valid mengenai arti dari huruf-huruf dan meyerahkan sepenuhnya pengertiannya pada Allah Swt.
2. Sebagian lain mencoba menafsirkan huruf-huruf tersebut karena Al-Qur’an sendiri selalu memerintahkan bagi para peneliti dan pengkaji Al-Qur’an untuk tadabbur dan merenungi maknanya. Jika ada sebagian ayat yang tidak bisa ditafsirkan bagaimana mungkin bisa tadabbur dan merenungkan hikmah dibaliknya.
3. Sekalipun banyak tafsiran tentang huruf-huruf itu, namun jangan dipastikan bahwa itu adalah tafsiran yang tepat atau sebuah kebenaran. Karena tafsiran ini masih dalam kategori zhani (hanya prasangka belaka) artinya bisa mengandung kebenaran atau salah. Namun salah disini bukan berarti dosa, tapi bisa jadi terbantah oleh pandangan-pandangan berikutnya.
4. Ada pandangan menarik dari pakar tafsir kontemporer, Mutawali asy-Sya’rawi, bahwa kita tidak wajib mencari jawaban huruf-huruf seperti ini, karena hal ini diluar perintah dasar, yaitu membaca, taddabur dan akhirnya merngamalkannya.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
2. “ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Arti Kata
(ذَلِكَ ) Kata benda ini (isim Isyaroh) meskipun berarti sesuatu yang jauh, namun diartikan ini (هذا ) yaitu sesuatu yang dekat. Ini menunjukan mulia dan agungnya Al-Qur’an ini.
الْكِتَابُ Al-Qur’an
(لاَ رَيْبَ) Tidak ada keraguaan bahwa Al-Qur’an berasal dari Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi Saw. Huruf (لاَ ) adalah Laa naïf li jinsi dan khabarnya wajib dibuang.
(فِيهِ هُدًى) Petunjuk menuju kebahagiaan , kesuksesan dunia akhirat
(لِّلْمُتَّقِينَ) Bagi yang bertakwa, takwa adalah takut dari azab Allah kemudian manifestasi ketakutan itu diaplikasikan dalam bentuk banyak melakukan taat dan menjauhkan semua larangannya.
Arti Ayat
Allah Saw memberi pernyataan bahwa Al-Qur’an itu adalah kitab milik-Nya yang diurunkan kepada Nabi Saw. Isi Qur’an ini tidak ada sedikitpun kepalsuan apalagi kebohongan bahwa Qur’an ini bukan dari Allah. Sebaliknya Al-Qur’an ini merupakan kunci sukses, sumber hidayah, petunjuk bagi orang yang beriman dan dan bertakwa untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.
Kesimpulan Ayat
1. Menguatkan Iman kepada Allah Swt itu dengan cara mempelajari Al-Qur’an dan mempelajari sunnah Nabi Saw
2. Hidayat atau meminta petunjuk itu dengan cara mempelajari Al-Qur’an itu sendiri.
3. Ayat ini menjelaskan kemuliaan orang yang bertakwa, jadi orang yang takwa itu pasti banyak membaca, mempelajari, dan mengkaji Al-Qur’an. Adapun aplikasi wejangan Al-Qur’an itu pastilah akan dimiliko oleh seseorang yang disebut dengan manusia Takwa.
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
2. “(Yaitu) mereka yang berimankepada yang ghaibyang mendirikan shalatdan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
Arti Ayat
1. Orang yang takwa itu adalah orang-orang yang mempercayai semua ajaran yang dibawa oelh Nabi Saw. Baik itu tentang masalah ghaib seperti adanya surga, neraka, hari kiamat dll. Atau tentang sejarah generasi sebelumnya, generasi akan datang apapun kebaikan atau keburukan mereka.
2. Orang takwa itu juga suka mengerjakan shalat, dan tidak cukup hanya mengerjakan saja, namun harus diperhatikan pula syarat wajib, atau etika shalat itu sendiri, ternasuk anjuran untuk khusuk. Dengan demikina shalat itu nantinya akan menolak semua keburukan dan kekejina bagi yang melaksanakannya.
3. Orang takwa itu juga menunaikan kewajiban zakat, sering memberi sedekah, ringan tangan membantu kesulitan orang lain, atau sering melakukan kebajikan lainnya. Perintah mengeluarkan zakat dan sedekah inipun hanya sebagian kecil saja dan bukan seluruh harta karena rizeki itu dasarnya milik Allah, jadi jangan pelit karena ia bukan milik kita.
والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
3. “Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu[, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”
Arti Ayat
Orang Mukmin itu mempercayai seluruhnya apa yang dibawa oleh Nabi Saw, begitu pula beriman ada kitab-kitab lainnya yang diturunkan sebelum Al-Qur’an. Orang takwa itu beriman kepada semua Nabi tanpa terkecuali, dan tidak disebut mukmin jika hanya mempercayai sebagian dari para Nabi itu.
أُوْلَـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
5. “Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”
Arti Ayat
Mereka inilah yang akan mendapat kebahagiaan karena mereka mau menjalankan semua perintah Allah Swt dan mau menjauhi semua larangan-Nya. Mereka akan akan menjadi manusia sukses, manusia paling berbahagia baik di dunia maupun di akhirat.
Daftar Pustaka
1. Abu Zakariyya, Ayusarul Tafasir, hal. 16/I
2. Abdurahman As-Sa’di, Taysirul Karim ar-Rahman, hal. 26
3. Mustapha al-Adawi, At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil, hal 146- 149
4. Az-Zamakhsyari, Al-Kasyaf
5. Ibnu Jarir ath-Thabari, Tafsir Thabari Jami’ Al-Bayan ‘an Ta’wil Ayi Al-Qur’an
6. Syeikh Muatawali Asy-Sya’rawi, Tafsir asy-Sya’rawi
7. Prof. Dr. Wahbah Zuhayli, Tafsir al-Wasith
8. Prof. Dr. Quraish Shihab, Tafsir Misbah Vol. I
9. Dr. Hikmat Ibn Yasin, Tafsir as-Sahih
10. Dr. Muhammad Thayib Ibrahim, I’rabul Qur’an